Sabtu, 05 April 2014

TABLET

TABLET
BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1              Latar Belakang
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet dapat berbeda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancur, dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat secara oral atau melalui mulut (Ansel, 1989).
 Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi dan juga banyak mengalami perkembangan dalam formulasinya. Beberapa keuntungan sediaan tablet adalah sediaan lebih kompak, dosisnya tepat, mudah pengemasannya dan penggunaannya lebih praktis dibanding sediaan yang lain (Lachman dkk., 1994).

1.2              Tujuan
Adapun tujuan yang akan dicapai pada percobaan kali ini yaitu untuk mengetahui apakah tablet yang diperiksa memenuhi persyaratan yang telah tertera dalam Farmakope Indonesia edisi IV

1.3              Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari percobaan kali ini yaitu agar praktikan dapat menmgetahui metode analisis dan prosedur kerja yang digunakan untuk mengetahui kualitas dari tablet.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1       Tablet
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpabahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan (Farmakope Indonesia, Edisi IV, 1995).
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi (Ditjen POM, 1995). Tablet dapat dibuat dengan berbagai ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, waktu hancurnya dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya (Ansel, 1989).
Tablet merupakan bentuk sediaan padat yang paling banyak digunakan. Sebagian besar tablet dibuat dengan metode kompresi atau pengempaan, yaitu dengan cara memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Selain dengan metode kompresi, tablet juga dapat dibuat dengan metode cetak, yaitu dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan (Ditjen POM, 1995).
Syarat-syarat tablet, yaitu :
- Ukuran seragam : diameter tablet 1 ½-3 kali tebal tablet.
- Bobot seragam : penyimpangan rata-rata untuk tablet dengan berat 300 mg atau
lebih, ialah 5-10%.
- Waktu hancur / disintegrasi tablet : harus hancur dalam air dalam waktu tidak
lebih dari 15 menit pada suhu 36º – 38º C.
- Waktu hancur tablet bersalut gula atau bersalut selaput : harus hancur dalam air
dalam waktu tidak lebih dari 60 menit.
- Waktu hancur tablet bersalut enteric : zat penyalut dilarutkan dulu dalam HCL
0,06 N selama 3 jam, kemudian tablet dimasukkan ke dalam dapar pH 6,8. Tablet harus hancur dalam waktu 60 menit pada suhu 36º- 38ºC (Zaman, N, 1990).

2.1.1    Komposisi Tablet
Tablet umumnya disamping zat aktif, juga mengandung zat pengisi, zat pengikat, zat penghancur dan zat pelicin. Untuk tablet tertentu zat pewarna, zat perasa, dan bahan-bahan lainnya dapat ditambahkan jika diperlukan. Komposisi umum dari tablet adalah:

1. Zat berkhasiat/ zat aktif
Zat berkhasiat atau zat aktif jarang diberikan dalam keadaan murni, tetapi harus dikombinasikan terlebih dahulu dengan zat-zat yang bukan obat yang mempunyai fungsi khusus agar dapat dibentuk menjadi sediaan tablet (Anief, 1994).

2. Zat pengisi
Zat pengisi adalah suatu zat yang ditambahkan ke dalam suatu formulasi tablet bertujuan untuk penyesuaian bobot dan ukuran tablet sehingga sesuai dengan persyaratan, untuk membantu kemudahan dalam pembuatan tablet, dan meningkatkan mutu sediaan tablet. Zat pengisi yang biasa digunakan adalah pati (amilum), laktosa, manitol, sorbitol dan lain-lain (Siregar, 2008).

3. Zat pengikat
Zat pengikat dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak, dan dapat dibentuk menjadi granul sehingga dapat dikempa atau dicetak. Zat pengikat yang biasa digunakan adalah gelatin, amilum maidis, amilum manihot, amilum tritici dan lain-lain (Anief, 1994).

4. Zat penghancur
Zat penghancur dimaksudkan untuk memudahkan pecahnya tablet ketika berkontak dengan cairan saluran pencernaan dan mempermudah absorbsi. Zat penghancur yang biasa digunakan adalah pati, asam alginat, gom dan lain-lain (Lachman, dkk, 1994).

5. Zat pelicin
Zat pelicin adalah zat tambahan yang digunakan dalam formulasi sediaan tablet untuk mempermudah pengeluaran sediaan tablet dari dalam lubang kempa dan untuk mencegah tablet melekat pada dinding lubang kempa. Zat pelicin yang biasa digunakan adalah talk, magnesium stearat, kalsium stearat, natrium stearat, polietilen glikol, dan lain-lain (Siregar, 2008).

2.1.2    Bentuk Tablet
Terdapat berbagai macam bentuk tablet yang telah dikembangkan oleh pabrik-pabrik farmasi antara lain:
1. Bentuk bundar dengan permukaan datar
2. Bentuk cembung
3. Bentuk kapsul (kaplet)
4. Bentuk lonjong
5. Bentuk segitiga, empat segi, segi enam (heksagonal), dan seterusnya (Siregar, 2008).

2.1.3    Penggolongan Tablet
Menurut Siregar (2008) berdasarkan tujuan penggunaannya tablet dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Golongan tablet oral yang dihantarkan ke dalam saluran cerna
- Tablet kempa
Tablet kempa adalah tablet tak bersalut yang dibuat dengan siklus pengempaan tunggal dan biasanya terdiri atas zat aktif tunggal atau dalam kombinasi dengan zat tambahan.

- Tablet salut gula
Tablet salut gula adalah tablet yang disalut dengan lapisan tipis larutan gula berwarna atu tidak berwarna. Guna penyalutan adalah untuk melindungi zat aktif, menutupi zat aktif yang beraroma atau berasa tidak menyenangkan dan menyempurnakan penampilan tablet.

- Tablet salut selaput (film)
Tablet salut film adalah tablet yang disalut dengan polimer yang larut air diberi warna atau tidak diberi warna yang terdisintegrasi segara dalam saluran cerna.

- Tablet salut enterik
Tablet salut enterik adalah tablet yang disalut dengan suatu zat, yang tidak terdisolusi dalam lambung (suasana asam) tetapi terlarut dalam saluran cerna (suasana basa).

2. Golongan tablet yang dihantarkan ke rongga mulut
- Tablet kunyah
Tablet kunyah dimaksudkan untuk dikunyah, memberikan residu dengan rasa enak dalam rongga mulut, mudah ditelan dan tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak.

- Tablet bukal dan tablet sublingual
Kedua jenis tablet ini dimaksudkan untuk ditahan dalam mulut, tablet bukal ditempatkan di antara pipi dan gusi, sedangkan tablet sublingual ditempatkan di bawah lidah, sehingga zat aktif diserap secara langsung.

- Tablet hisap
Tablet hisap adalah tablet yang dibuat dari zat aktif dan zat pemberi aroma dan rasa yang menyenangkan, serta dimaksudkan terdisolusi lambat dalam mulut.

3. Golongan tablet untuk komponen sediaan racikan obat resep
- Tablet triturat
Tablet triturat adalah tablet yang berbentuk kecil, umunya silindris, digunakan untuk menyediakan jumlah zat aktif yang tepat dalam peracikan obat. Tablet ini biasanya mengandung zat aktif yang toksik atau berkhasiat keras.

4. Golongan tablet yang dilarutkan terlebih dahulu dalam air kemudian diminum
- Tablet efervesen
Tablet efervesen adalah tablet yang dibuat dengan cara dikempa dan berbuih (pelepasan karbon dioksida) jika berkontak dengan air. Tablet harus dibiarkan terlarut baik dalam air sebelum diminum.

5. Golongan tablet yang ditanam
- Tablet implantasi
Tablet implantasi adalah tablet yang didesain dan dibuat secara aseptik untuk implantasi subkutan pada hewan atau manusia. Kegunaannya ialah memberi efek zat aktif yang diperlama yaitu sekitar satu bulan sampai setahun.

6. Golongan tablet yang dihantarkan ke rongga tubuh lainnya
- Tablet vaginal
Tablet vaginal adalah tablet sisipan yang didesain untuk terdisolusi dalam rongga vagina. Tablet ini berbentuk telur untuk memudahkan penahanan dalam vagina.

7. Golongan tablet untuk disuntikkan setelah dilarutkan dalam pembawa
- Tablet hipodermik
Tablet hipodermik adalah tablet yang dibuat dari bahan yang mudah larut atau larut sempurna dalam air. Tablet ini umumnya digunakan untuk membuat sediaan parenteral dengan cara melarutkan tablet dalam air steril.

2.1.4    Evaluasi Tablet
a. Uji keseragaman sediaan
Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari 2 metode yaitu:
- Keragaman bobot
Pengujian keragaman bobot dilakukan jika tablet yang diuji mengandung 50 mg atau lebih zat aktif tunggal yang merupakan 50% atau lebih dari bobot satuan sediaan
- Keseragaman kandungan
Pengujian keseragaman kandungan dilakukan jika jumlah zat aktif kurang dari 50 mg per tablet atau kurang dari 50% dari bobot satuan sediaan (Siregar, 2008).
b. Uji kekerasan tablet
Pada umumnya tablet harus cukup keras dan tahan pecah waktu dikemas, dikirim dan waktu penyimpanan tetapi tablet juga harus cukup lunak untuk hancur dan melarut dengan sempurna begitu digunakan atau dapat dipatahkan dengan jari bila tablet perlu dibagi dalam pemakaiannya. Tablet diukur kekuatannya dalam kg, pound atau dalam satuan lainnya. Alat yang digunakan sebagai pengukur kekerasan tablet biasanya adalah hardness tester (Ansel, 1989).
c. Uji keregasan tablet
Keregasan tablet dapat ditentukan dengan menggunakan alat friabilator. Pengujian dilakukan pada kecepatan 25 rpm, tabledijatuhkan sejauh 6 inci pada setiap putaran, dijalankan sebanyak 100 putaran. Tablet ditimbang sebelum dan sesudah diputar, kehilangan berat yang dibenarkan yaitu lebih kecil dari 0,5% sampai 1% (Lachman, dkk, 1994).
d. Uji waktu hancur
Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan tablet pecah menjadi partikel-partikel kecil atau granul sebelum larut dan diabsorbsi. Uji waktu hancur dilakukan dengan menggunakan alat uji waktu hancur. Masing-masing sediaan tablet mempunyai prosedur uji waktu hancur dan persyaratan tertentu. Uji waktu hancur tidak dilakukan jika pada etiket dinyatakan tablet kunyah, tablet isap, tablet dengan pelepasan zat aktif bertahap dalam jangka waktu tertentu (Siregar, 2008).
e. Uji disolusi
Disolusi adalah suatu proses larutnya zat aktif dari suatu sediaan dalam medium. Hal ini berlaku untuk obat-obat yang diberikan secara oral dalam bentuk padat seperti tablet. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui banyaknya zat aktif yang terabsorbsi dan memberikan efek terapi di dalam tubuh (Ansel, 1989).
f. Uji penetapan kadar zat berkhasiat
Untuk mengevaluasi kemanjuran suatu tablet, jumlah obat dalam tablet harus dipantau pada setiap tablet atau batch (Lachman, dkk, 1994). Dalam penetapan kadar zat berkhasiat pada sediaan tablet biasanya menggunakan 20 tablet yang kemudian dihitung, ditimbang dan kemudian diserbukkan. Sejumlah serbuk tablet yang digunakan dalam penetapan mewakili seluruh tablet maka, harus ditimbang seksama. Kadar zat berkhasiat tertera pada masing-masing monografi, baik persyaratan maupun cara penetapannya (Siregar, 2008).

 

                                                                             BAB III                                                            
           METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat
         Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah desintegrator, hardness tester, roche friabilator, timbangan analitik dan beaker gelas.

3.2. Bahan
           Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah air, tablet.

3.3. Prosedur Kerja
3.3.1.   Uji Keseragaman Bobot Tablet

       Timbang 20 tablet, kemudian hitung bobot rata-rata tablet tersebut. Timbang tablet satu per satu. Dari bobot tiap tablet : tidak boleh lebih dari 2 tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata, lebih besar dari harga yang tercantum pada kolom A. Dan tidak 1 tablet pun bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari yang tercantum pada kolom B.

Bobot rata-rata
Penyimpangan bobot rata-rata dalam %
A
B
25 mg atau kurang
15 %
30%
26 mg s/d 150 mg
10%
20%
151 mg s/d 300 mg
7,5 %
10%
300 mg
5 %
10%

3.3.2. Uji Kekerasan Tablet

       Tablet diletakkan diantara anvil dan punoh, dijepit dengan memutar sekrup pengatur sampai tanda lampu “stop” menyala, kemudian tekan knop sampai tablet menjadi retak/ pecah. Angka yang ditunjukkan oleh jarum pada skala dicatat karena angka ini menunjukkan kekerasan tablet.

3.3.3. Uji Kerenyahan Tablet

       Timbang sejumlah 20 tablet, masukkan ke dalam alat friabilator. Kemudian tekan tombol sehingga alat berputar. Setelah 100 kali putaran, keluarkan tablet-tablet dari debunya dan timbang kembali 20 tablet-tablet tersebut.

3.3.4. Uji Waktu Hancur Tablet

       Masukkan 6 tablet kedalam keranjang, turun naikkan keranjang 30 kali/menit (tablet dinyatakan hancur, jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal diatas kasa keranjang). Jika tablet tidak memenuhi syarat, ulangii pengujian menggunakan tablet satu persatu, kemudian ulangi lagi pengujian terhadap 5 tablet dengan menggunakan cakram penuntun.

 
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1       Hasil
4.1.1    Uji Keseragaman Bobot
·         Bobot 20 tablet           : 13,06 gram ( 13060 mg)
·         Bobot rata – rata         : 13060 / 20 = 653 mg
·         Bobot tiap tablet         :

1 = 680 mg
6 = 670 mg
11 = 690 mg
16 = 700 mg
2 = 640 mg
7 = 540 mg
12 = 630 mg
17  = 700 mg
3 = 580 mg
8 = 640 mg
13 = 710 mg
18 = 600 mg
4 = 670 mg
9 = 680 mg
14 = 700 mg
19 = 640 mg
5 = 620 mg
10 = 650 mg
15 = 680 mg
20 = 620 mg

·         Perhitungan :

Penyimpangan Bobot = (bobot rata-rata)-(bobot tablet)/bobot rata-rata x 100%

A1 =  B =   653-540/653x 100%
              =  113/653  x 100%
              = 17,30 %

A2 =  B = 653-710/653 x 100%
              =  57/653 x 100%
              = 8,72 %

·         Persyaratan :

Bobot rata-rata
Penyimpangan bobot rata-rata dalam %
A
B
25 mg atau kurang
15 %
30%
26 mg s/d 150 mg
10%
20%
151 mg s/d 300 mg
7,5 %
10%
300 mg
5 %
10%

·         Kesimpulan  : Tidak memenuhi persyaratan

4.1.2    Uji Kekerasan Tablet
·         Berat tablet :

Tablet 1 = 6,88 kg
Tablet 4 = 8,21 kg
Tablet 2 = 9,83 kg
Tablet 5 = 6,75 kg
Tablet 3 = 8,72 kg
-

·         Persyaratan : Kekerasan tablet 4 – 8 kg atau 5 – 7 kg

4.1.3    Uji Kerenyahan Tablet
·         Berat 20 tablet = 13,08 gram (mis : berat = a gram )
·         Berat 20 tablet sesudah diputar = 11,03 gram
·         Friabilitas =  a-b/a x 100 %
                  = 13,08-11,03/13,08 x 100%
                  = 15,67%
·         Persyaratan: kehilangan berat ( friabilitas) : tidak boleh lebih dari 0,8%       ( x- 0,8%)

4.1.4    Uji Waktu Hancur Tablet ( Desintegration Test )
·         Waktu hancur tablet

Tablet
Waktu Hancur
Tablet  1
2’6”
Tablet  2
2’36”
Tablet  3
10’7”

·         Persyaratan : Waktu hancur tablet tidak lebih dari 15 menit

4.2       Pembahasan
            Untuk uji keseragaman bobot yang diperoleh bahwa tablet yang diperiksa tidak memenuhi persyaratan keseragaman bobot yang telah ditetapkan pada farmakope Indonesia Edisi III, karena dari 20 tablet yang berat masing-masing tabletnya lebih besar dari 300 mg diperoleh hasil lebih dari 2 (dua) tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari 5%, dan lebih dari 1 (satu) tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari 10%.
            Untuk uji kekerasan tablet diperoleh hasil bahwa dari 5 tablet yang diperiksa terdapat satu tablet yang kekerasannya lebih dari 4-8 kg atau 5-7 kg, yaitu 9,83 kg, sedangkan 4 tablet yang lainnya masih memenuhi persyaratan.
            Untuk uji kerenyahan tablet (friabiltas) diperoleh hasil sebesar 15,67%, yang artinya bahwa tablet tidak memenuhi persyaratan kerenyahan yaitu sebesar 11,89%.
            Untuk percobaan waktu hancur tablet, pada tablet pertma dibutuhkan waktu hancur selama 2 menit 6 detik, tablet kedua 2 menit 36 detik dan tablet ketiga 10 menit 7 detik dan 3 tablet lainnya lebih dari 15 menit, yang artinya tablet tidak memenuhi persyaratan, maka sebaiknya dilakukan percobaan ulang dengan menggunakan 12 tablet.


DAFTAR PUSTAKA

 Alamsyah, A. (2007). Analisis Farmasi Secara Titrimetri. Medan: CV Bin harun.
Anief, Moh. 1994. Farmasetika. Yogyakarta: University Press Gadjah Mada.
Ansel, C.H. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV. Jakarta: UI
           Press
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Lachman, L., Herbert, A.L., dan Joseph, L.K. (1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi III. Jakarta: UI Press.
Siregar, Charles J.P. (2008). Teknologi Farmasi Sediaan Tablet : Dasar–Dasar Praktis. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar